1. Kesuburan Fisik
Sifat
fisik tanah yang terpenting adalah solum, tekstur, struktur, kadar air tanah,
drainase dan porisitas tanah. Pengaruh struktur dan
tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi secara langsugung. Struktur
tanah yang remah (ringan) pada umumnya menghasilkan laju pertumbuhan tanaman
pakan dan produksi persatuan waktu yang lebih tinggi dibandingkan dengan
struktur tanah yang padat.
Jumlah
dan panjang akar pada tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah remah
umumnya lebih banyak dibandingkan dengan akar tanaman makanan ternak yang
tumbuh pada tanah berstruktur berat. Hal ini disebabkan perkembangan akar pada
tanah berstruktur ringan/remah lebih cepat per satuan waktu dibandingkan akar
tanaman pada tanah kompak, sebagai akibat mudahnya intersepsi akar pada setiap
pori-pori tanah yang memang tersedia banyak pada tanah remah.
Selain
itu akar memiliki kesempatan untuk bernafas secara maksimal pada tanah yang
berpori, dibandiangkan pada tanah yang padat. Sebaliknya bagi tanaman makanan
ternak yang tumbuh pada tanah yang bertekstur halus seperti tanah berlempung
tinggi, sulit mengembangkan akarnya karena sulit bagi akar untuk menyebar
akibat rendahnya pori-pori tanah. Akar tanaman akan mengalami kesulitan untuk
menembus struktur tanah yang padat, sehingga perakaran tidak berkembang dengan
baik. Aktifitas akar tanaman dan organisme tanah merupakan salah satu faktor
utama pembentuk agregat tanah (Anonim, 2010).
Tekstur
tanah ditentukan di lapangan dengan cara melihat gejala konsistensi dan rasa
perabaan menurut bagan alir dan di laboratorium dengan menguunakan
metode-metode. Metode tersebut adalah metode pipet atau metode hidrometer
(Elisa, 2002).
Warna
adalah petunjuk untuk beberapa sifat tanah. Biasanya perbedaan warna permukaan
tanah disebabkan oleh perbedaan kandungan bahan organik. Semakin gelap warna
tanah semakin tinggi kandungan bahan organiknya. Warna tanah dilapisan bawah
yang kandungan bahan organiknya rendah lebih banyak dipengaruhi oleh jumlah kandungan
dan bentuk senyawa besi (Fe). Di daerah yang mempunyai sistem drainase (serapan
air) buruk, warnah tanahnya abu-abu karena ion besi yang terdapat di dalam
tanah berbentuk Fe2+.
Komponen
mineral dalam tanah terdiri dari campuran partikel-partikel yang secara
individu berbeda ukurannya. Menurut ukuran partikelnya, komponen mineral dalam
tanah dapat dibedakan menjadi tiga yaitu; Pasir, berukuran 50 mikron – 2 mm;
Debu, berukuran 2 – 50 mikron dan Liat, berukuran dibawah 2 mikron. Tanah
bertekstur pasir sangat mudah diolah, tanah jenis ini memiliki aerasi
(ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas
permukaan kumulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan airnya
sangat rendah atau tanahnya lebih cepat kering.
Tekstur
tanah sangat berpengaruh pada proses pemupukan, terutama jika pupuk diberikan
lewat tanah. Pemupukan pada tanah bertekstur pasir tentunya berbeda dengan
tanah bertekstur lempung atau liat. Tanah bertekstur pasir memerlukan pupuk
lebih besar karena unsur hara yang tersedia pada tanah berpasir lebih rendah.
Disamping itu aplikasi pemupukannya juga berbeda karena pada tanah berpasir
pupuk tidak bisa diberikan sekaligus karena akan segera hilang terbawa air atau
menguap.
2. Kesuburan Kimia
Sifat
kimia tanah berhubungan erat dengan kegiatan pemupukan. Dengan mengetahui sifat
kimia tanah akan didapat gambaran jenis dan jumlah pupuk yang dibutuhkan.
Pengetahuan tentang sifat kimia tanah juga dapat membantu memberikan gambaran
reaksi pupuk setelah ditebarkan ke tanah.
Sifat
kimia tanah meliputi kadar unsur hara tanah, reaksi tanah (pH), kapasitas tukar
kation tanah (KTK), kejenuhan basa (KB), dan kemasaman. Salah
satu sifat kimia tanah adalah keasaman atau pH (potensial of hidrogen), pH
adalah nilai pada skala 0-14, yang menggambarkan jumlah relatif ion H+ terhadap
ion OH- didalam larutan tanah. Larutan tanah disebut bereaksi asam jika nilai
pH berada pada kisaran 0-6, artinya larutan tanah mengandung ion H+ lebih besar
daripada ion OH-, sebaliknya jika jumlah ion H+ dalam larutan tanah lebih kecil
dari pada ion OH- larutan tanah disebut bereaksi basa (alkali) atau miliki pH
8-14. Tanah bersifat asam karena berkurangnya kation Kalsium, Magnesium, Kalium
dan Natrium. Unsur-unsur tersebut terbawa oleh aliran air kelapisan tanah yang
lebih bawah atau hilang diserap oleh tanaman.
Kemasaman
tanah merupakan hal yang biasa terjadi di wilayah-wilayah bercurah hujan tinggi
yang menyebabkan tercucinya basa-basa dari kompleks jerapan dan hilang melalui
air drainase. Pada keadaan basa-basa habis tercuci, tinggallah kation Al dan H
sebagai kation dominant yang menyebaabkan tanah bereaksi masam (Coleman dan
Thomas, 1970).
Di
Indonesia pH tanah umumnya berkisar 3-9 tetapi untuk daerah rawa seeperti tanah
gambut ditemukan pH dibawah 3 karena banyak mengandung asam sulfat sedangakan
di daerah kering atau daerah dekat pantai pH tanah dapat mencapai di atas 9
karena banyak mengandung garam natrium.
Menentukan
mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman, pada umumnya unsur hara
mudah diserap oleh akar tanaman pada pH tanah netral 6-7, karena pada pH
tersebut sebagian besar unsur hara mudah larut dalam air. pH
tanah juga menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi tanaman.
Pada tanah asam banyak ditemukan unsur alumunium yang selain bersifat racun
juga mengikat phosphor, sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman. Pada tanah
asam unsur-unsur mikro menjadi mudah larut sehingga ditemukan unsur mikro
seperti Fe, Zn, Mn dan Cu dalam jumlah yang terlalu besar, akibatnya juga
menjadi racun bagi tanaman. pH tanah sangat
mempengaruhi perkembangan mikroorganisme di dalam tanah. Pada pH 5.5 - 7
bakteri jamur pengurai organik dapat berkembang dengan baik
Pemupukan
tidak akan efektif apabila pH tanah diluar batas optimal. Pupuk yang telah
ditebarkan tidak akan mampu diserap tanaman dalam jumlah yang diharapkan,
karenanya pH tanah sangat penting untuk diketahui jika efisiensi pemupukan
ingin dicapai. Pemilihan jenis pupuk tanpa mempertimbangkan pH tanah juga dapat
memperburuk pH tanah.
Derajat
keasaman (pH) tanah sangat rendah dapat ditingkatkan dengan menebarkan kapur
pertanian, sedangkan pH tanah yang terlalu tinggi dapat diturunkan dengan
penambahan sulfur. Dapat disimpulkan, secara umum pH yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah mendekati 6.5-7. Namun kenyataannya setiap jenis
tanaman memiliki kesesuaian pH yang berbeda.
3. Kesuburan Biologi
Sifat
biologi tanah meliputi bahan organik tanah, flora dan fauna tanah (khususnya
mikroorganisme penting seperti bakteri, fungi dan Algae), interaksi
mikroorganisme tanah dengan tanaman (simbiosa) dan polusi tanah. Cacing tanah juga mampu
menyuburkan tanah yaitu sifat biologi tanah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar